Slawi FM – Konsep menyulap angka menjadi cerita yang menyenangkan ini bertujuan untuk mendekatkan anak-anak dengan literasi melalui cerita bergambar ukuran besar dengan Big Booknya di tahun 2023 pada proyek fasda perubahan Tanoto Foundation.
Demikian yang dikatakan oleh Kepala SDN Penujah sekaligus Sekretaris The Big Book Fasda Tanoto Foundation Agus Riyanto dalam Program Halo Slawi FM yang dipandu oleh Merry Honey pada, Rabu (07/05/2025) pagi.
Menurut Agus, di tahun 2024 lalu proyek fasda perubahan 2.0 pihaknya melihat peluang bahwa pendekatan serupa juga bisa diterapkan pada numerasi. Dari situlah lahir konsep Numerasik, yaitu numerasi yang dikemas asyik dan menyenangkan, melalui cerita, alat peraga, dan permainan. Untuk itu pihaknya saat itu melatih 56 guru SD kelas 1 sampai dengan 4 (fase A dan B) di Kecamatan Balapulang.
“ Kami sebelum menerapkan konsep numerasi ini tentunya memberikan pembekalan atau pelatihan kepada guru – guru SD agar nantinya bisa menerapkan konsep ini kepada peserta didik,” tutur Agus.
Tantangan terbesar dalam menerapkan konsep numerasi adalah mengubah pola pikir. Banyak guru masih terbiasa dengan pendekatan lama seperti ceramah dan latihan soal. Maka, pihaknya mengajak mereka mencoba hal baru seperti membuat alat peraga atau menggunakan cerita dalam pembelajaran angka memang butuh waktu dan kesabaran.
“ Numerasik ini kami bagi menjadi 2, yang menggunakan alat peraga konvensional dan digital. Ketika mereka melihat anak-anak lebih antusias, perubahan mulai terjadi secara alami. Numerasik ini kami bagi menjadi 2, yang menggunakan alat peraga konvensional dan digital,” jelas Agus.
Alat peraga yang favorit bagi anak-anak adalah papan cerita angka, di mana mereka menghitung benda dalam gambar sambil menyusun cerita sendiri. Contoh lainnya adalah ular tangga numerasi, yang mengajak mereka menjawab soal-soal kecil untuk bisa maju. Intinya, mereka tidak merasa sedang belajar matematika, tapi bermain. Ada juga guru yang membuat permainan numerasi digital menggunakan educaplay. Di educaplay banyak pilihan permainannya, ada juga spin whell dll.
“ Dengan konsep numerasik ini anak-anak jadi lebih berani mencoba, tidak takut salah. Mereka juga lebih cepat memahami konsep dasar berhitung karena materi disampaikan secara kontekstual dan menyenangkan. Tetapi yang lebih penting adalah perubahan sikap mereka terhadap pelajaran matematika atau yang berkaitan dengan angka. Karena pada dasarnya numerasi ada di setiap mata pelajaran,” tambah Agus.
Agus berharap, numerasik ini bisa meluas, bukan hanya di Balapulang, tapi ke seluruh Indonesia. Inovasi tidak harus mahal atau rumit, yang terpenting adalah kemauan guru untuk terus belajar dan berinovasi. Jika setiap guru bisa membuat satu alat peraga dan membaginya, maka akan menciptakan ekosistem belajar yang lebih hidup dan relevan bagi anak-anak. (CF)
Penulis : Chairul Falah | Editor dan Publish : Chairul Falah