Slawi FM – Radang usus buntu, atau apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu (apendiks), suatu organ kecil berbentuk kantung yang menempel pada usus besar. Peradangan tersebut disebabkan oleh penyumbatan usus buntu oleh feses yang mengeras atau benda asing, yang kemudian menyebabkan infeksi dan pembengkakan.
Demikian yang dikatakan oleh Dokter Spesialis Bedah RSUD dr. Soeselo Slawi Igor Rizkia dalam Talkshow Kesehatan yang dipandu oleh Sofia di Studio Radio Slawi FM pada Selasa, (01/07/2025) siang.
Menurut Dokter Igor, gejala usus buntu bisa bervariasi pada setiap individu. Namun, gejala yang paling umum adalah nyeri di bagian kanan bawah perut yang semakin memburuk dengan berjalannya waktu. Kurangnya asupan serat dapat menjadi salah satu faktor risiko terjadinya usus buntu, karena makanan rendah serat dapat menyebabkan feses menjadi keras dan sulit dikeluarkan, sehingga memicu penyumbatan pada usus buntu.
“ Meskipun bukan penyebab utama, makanan rendah serat dapat menjadi pemicu peradangan pada usus buntu. Dan BAB keras juga terjadi oleh beberapa faktor diantaranya kurang serat, cairan, dan buah – buahan yang menyebabkan motilitas atau gerak usus terganggu,” tutur Dokter Igor.
Selain kurangnya serat, faktor risiko usus buntu juga terjadi karena adanya infeksi cacing atau parasit, tinja yang mengeras, atau benda asing lainnya.
Untuk gejala umum usus buntu meliputi nyeri perut yang dimulai di sekitar pusar dan kemudian berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri ini bisa bertambah parah saat batuk, berjalan, atau menekan area tersebut. Selain nyeri, gejala lain yang sering muncul adalah mual, muntah, kehilangan nafsu makan, dan demam ringan.
“ Jadi gejala umum usus buntu yaitu terasa nyeri di sekitar pusar, kemudian berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri bisa terasa seperti kram atau nyeri tajam yang semakin parah seiring waktu. Bahkan jika usus buntu pecah bisa mengakibatkan nyeri diseluruh perut dan untuk berdiri saja biasanya susah,” jelas Dokter Igor.
Adapun untuk pencegahan usus buntu dapat dilakukan dengan menjaga pola makan sehat, memperbanyak asupan serat, minum air yang cukup, dan menghindari kebiasaan menahan buang air besar. Selain itu, mengonsumsi makanan yang mengandung probiotik juga dapat membantu menjaga kesehatan saluran cerna.
“ Lebih baik menjaga pola makan dengan mengkonsumsi makanan organik seperti sayur – sayuran, dan buah – buahan. Intinya jika kita ingin sehat, maka mulai sekarang mengkonsumsi makanan alami yang tidak mengandung bahan berbahaya kimia. Selain itu juga rutin berolahraga dan menjaga pola tidur dengan baik serta jauhi stress,” tandasnya. (CF)
Penulis : Chairul Falah | Editor dan Publish : Chairul Falah