Ekologi Dalam Perspektif Tokoh Lintas Agama Kabupaten Tegal

banner 468x60

Slawi FM – Ekologi dalam perspektif tokoh lintas agama menekankan pada tanggung jawab bersama untuk menjaga lingkungan sebagai ciptaan Tuhan. Pendekatan ini menggabungkan nilai-nilai keagamaan dengan prinsip-prinsip ekologi, mendorong umat beragama agar lebih peduli dan aktif dalam menjaga kelestarian alam.

Demikian yang dikatakan oleh Tokoh Agama Islam Kabupaten Tegal KH. Husni Faqih dalam Talkshow Lintas Agama yang dipandu oleh Merry Honey di Studio Radio Slawi FM, pada Selasa (06/05/2025) pagi.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Menurut KH Faqih, Agama Islam memandang alam sebagai ciptaan Allah SWT yang harus dijaga dan diperlakukan dengan hormat, serta memandang menjaga alam sebagai bentuk ibadah kepada Allah. Maka manusia sebagai pemimpin atau wakil Allah SWT di bumi yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan pemeliharaan alam semesta, termasuk bumi dan segala isinya, adalah amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dan digunakan dengan bijak.

“ Jadi dalam konteks ekologi ini kita sebagai umat islam memiliki kewajiban untuk membenahi, dan memelihara alam semesta ini jangan sampai merusak. Tetapi harus dijaga, karena hal ini sebagai bentuk ibadah dan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan sesuatu yang ada di alam semesta,” tutur KH Faqih.

Pendeta Gereja Kristen Jawa (GKJ) Slawi Sugeng Prihadi menjelaskan pandangan agama Kristen berdasarkan kejadian pasal 1 ayat 26-28 ini merupakan amanat Allah menyatakan “ Beranak cuculah dan penuhilah bumi, taklukkan itu dan berkuasalah atas ikan – ikan “ artinya Allah menciptakan alam semesta, sehingga manusia bisa hidup dari alam semesta dan memberikan kepada mereka kuasa atas semua ciptaannya.

“ Semua manusia harus menjaga, memelihara dan menyeimbangkan alam semesta. Maka kita harus saling menjaga dan memelihara alam semesta ini agar tetap terjaga dengan baik,” ujar Pendeta Sugeng.

Tokoh Agama Katolik Dody Haksman Adi memiliki pendapat sama dengan semua agama bahwa menjaga alam merupakan upaya kepedulian bersama terhadap bumi sebagai tempat tinggal yang kini memperihatinkan. Sehingga bersama – sama untuk saling mejaga dan merawat bumi sebagai tempat berziarah menuju pintu suci surgawi.

“ Kita semua dituntut untuk lebih memahami kerahiman dan belas kasih Allah terhadap ciptaannya untuk kita semua. Sehingga kita menyadari bahwa pengampunan tidak mengubah masa lalu, tetapi bagaimana ke depan kita membuat lebih baik lagi,” jelas Dody.

Tokoh Agama Khonghucu Aceng Suherman mengungkapkan, berdasarkan agama khonghucu langit, bumi dan manusia bila tidak ada keselarasan, maka tidak akan tumbuh kehidupan yang artinya sebagai umat manusia yang diciptakan Tuhan paling mulia harus bisa menghidupkan.

“ Dalam pandangan agama khonghucu pemerintah bisa mengatur sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat dan melestarikan lingkungan hidup,” ujar Aceng.

Sementara itu, Pendeta Muda Buddha Khemawati Sunarno menuturkan bahwa semua perbuatan yang dilakukan akan berakibat dan saling bergantungan antara yang satu dengan yang lainnya yang disebut dalam agama Buddha yaitu hukum karma dan punarbhawa.

“ Hukum Punarbhawa ini adalah hukum yang saling berkaitan bahwa barangsiapa yang berbuat baik hasilnya adalah kebaikan. Dan barang siapa yang berbuat buruk akan mendapat penderitaan. Maka kita sebagai umat manusia hendaknya melakukan suatu hal yang bijaksana dalam menjaga alam semesta dengan melatih kesadaran pikiran kita,” pungkas Pendeta Khemawati. (CF)

Penulis : Chairul Falah | Editor dan Publish : Chairul Falah

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *