Slawi FM – Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. DBD kini kembali merebak di berbagai wilayah di Indonesia salah satunya di Kabupaten Tegal.
Demikian yang dikatakan oleh Programer Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Bagus Johan Maulana dalam Talkshow Warta 10 yang dipandu oleh Aldo Herlambang di Studio Radio Slawi FM pada, Rabu (15/01/2025) pagi.
Menurut Johan, nyamuk Aedes Aegypti memiliki aktifitas menggigit diantaranya mulai pagi dan petang hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 07.00 – 10.00 WIB dan 16.00 – 18.00 WIB. Nyamuk Aedes Aegypti mempunyai kebiasaan mengisap 48 darah berulang kali dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah.
“ Demam berdarah ini memiliki gejala yaitu demam tinggi 39 – 40°C yang berlangsung selama 2 – 7 hari, nyeri kepala parah, nyeri belakang mata, dan nyeri otot atau sendi (sering disebut “breakbone fever”), mual, muntah, dan nyeri perut serta mengalami perdarahan makro seperti muntah darah, Buang Air Besar (BAB) darah dan mimisan atau keluar darah dari hidung. Kalau perdarahan mikro contohnya muncul ruam kulit (rash) atau bintik merah akibat perdarahan di bawah kulit (petekie),” ujar Johan.
Upaya mengatasi DBD umumnya dilakukan fogging atau pengasapan adalah tindakan pengasapan dengan bahan insektisida yang bertujuan untuk membunuh nyamuk khususnya pembawa (vektor) penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) terutama pada saat ditemukan kasus DBD dan atas rekomendasi hasil penyelidikan epidemiologi (PE).
“ Fogging memang bisa dilakukan untuk pengendalian penularan DBD, namun harus dibarengi dengan tindakan lain karena tindakan ini hanya efektif pada nyamuk dewasa, Tindakan lain seperti terus mensosialisasikan penerapan pola 3M plus, yakni menguras, menutup, dan mengubur tempat penampungan air, serta melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),” jelas Johan. (CF)
Penulis : Chairul Falah | Editor dan Publish : Chairul Falah