Slawi FM – Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif Berbahaya lainnya atau istilah yang merujuk pada kelompok zat atau obat alami maupun sintetis yang jika dimasukkan ke dalam tubuh akan memengaruhi susunan saraf pusat. Pengaruh ini menyebabkan perubahan perilaku, suasana hati, dan pikiran, serta dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis.
Demikian yang disampaikan Penyuluh Narkoba Ahli Pertama BNN Kota Tegal Laelatuz Zahro dalam Talkshow BNN di Studio Radio Slawi FM pada, Kamis (04/12/2025) siang.
Menurut Laela, narkotika diklasifikasikan menjadi tiga (3) golongan berdasarkan potensi adiktif (ketergantungan) dan kegunaannya untuk medis atau ilmu pengetahuan diantaranya Narkotika Golongan I seperti Ganja, Heroin, Kokain, Opium Mentah, dan Metamfetamin. Narkotika Golongan II diantaranya Morfin, Petidin, Metadon dan Fentani. Narkotika Golongan III seperti Kodein, Difenoksilat dan Etilmorfina.
“ Untuk Narkotika Golongan III kodein biasanya digunakan untuk obat batuk dengan resep dokter. Tanda – tanda berwarna pada kemasan obat untuk menginformasikan kepada konsumen dan apoteker mengenai tingkat keamanan penggunaan obat, dan apakah obat tersebut memerlukan resep dokter atau tidak contohnya lingkaran hijau (Obat Bebas), lingkaran biru (Obat Bebas Terbatas) dan lingkaran merah dengan huruf K (Obat Keras dan Psikotropika) yang harus resep dokter,” tutur Laela.
Laela mengatakan bahwa narkoba diibaratkan seperti penjajah tanpa wajah. Perumpamaan ini menjelaskan sifat dan dampak dari penyalahgunaan narkoba. Narkoba adalah ancaman serius terhadap kedaulatan dan masa depan bangsa (Penjajah), yang harus diwaspadai karena ia bergerak secara diam-diam, tidak memiliki identitas yang jelas, dan menyerang setiap lapisan masyarakat (Tanpa Wajah).
“ Jadi Narkoba ini penjajah tanpa wajah dimana peredarannya gelap – gelapan contohnya melalui paket gelap yang disembunyikan di dalam barang legal seperti makanan, mainan, onderdil dan dikirim melalui jaringan logistik yang besar dan sibuk, membuatnya sulit dideteksi oleh petugas keamanan dan transaksinya biasanya melalui digital, bahkan pengirim dan penerima sering kali menggunakan identitas palsu, alamat fiktif, atau layanan drop point sementara,” jelas Laela.
Di akhir talk show, Laela memberikan pesan kepada generasi muda penerus bangsa. Ia menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak positif dan negatif dari setiap langkah atau keputusan yang akan diambil. Tujuannya sederhana, agar tidak ada penyesalan, sebab waktu yang telah berlalu tidak mungkin diputar kembali.
“ Jika kita tahu suatu langkah tidak memberikan manfaat dan justru merugikan, lebih baik kita hindari dan cegah. Ibaratnya, jika kita tahu itu adalah jurang, sudah pasti kita akan menghindar. Jangan sampai kita salah melangkah yang dampaknya fatal dan tidak bisa kembali seperti sediakala,” tandasnya. (CF)
Penulis : Chairul Falah | Editor dan Publish : Chairul Falah








