Pasca Program FY2025, Pertukaran Ilmu ASEAN-Jepang Jadi Jembatan Inovasi Pendidikan

banner 468x60

Slawi FM – Para guru dan tenaga pendidik tingkat sekolah menengah yang baru saja menyelesaikan partisipasi dalam program FY2025 ASEAN-Japan Exchange Program for Secondary School Education kembali ke Indonesia dengan membawa semangat dan metode pengajaran baru. Mereka bertekad menjadikan pengalaman ini sebagai jembatan utama untuk inovasi dalam sistem pendidikan nasional.

Hal itu terungkap dalam Program Halo Slawi FM dipandu Sofia pada Jumat (28/11/2025) pagi.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Dalam kesempatan tersebut, Guru SMAN 1 Sambungmacan, Jawa Tengah, Fakhrudin Sujarwo, menjelaskan bahwa program ini adalah inisiatif luas dari Jepang untuk memperkuat hubungan dan pemahaman timbal balik dengan negara – negara ASEAN melalui pertukaran pendidikan dan budaya.

“ Intinya program ini adalah Japan Foundation mengajak negara ASEAN seperti Indonesia untuk memahami tentang Jepang, mulai dari kuliah tematik, kegiatan budaya, hingga mutu pendidikan. Harapannya setelah kami belajar di sana bisa diterapkan di sekolah Indonesia dan bisa menghadirkan pembelajaran yang semakin berkualitas kepada anak didik,” ujar Fakhrudin.

Ia juga menambahkan, di tingkat negara peserta seperti Indonesia, proses seleksi delegasi dikoordinasikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK).

Berbeda dengan program yang terbuka untuk umum, Guru SMKN 2 Tebing Tinggi, Sumatera Utara, Siti Zakia, menjelaskan bahwa kesempatan mengikuti program ini didapatkan melalui jalur khusus.

“ Kita itu tidak mendaftar dan programnya tidak terbuka, tapi langsung mendapat undangan dari Ditjen GTK untuk mengikuti seleksi. Kami diambil dari data kegiatan Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan yang diambil 3 tahun terakhir. Setelah melalui seleksi, hanya 12 orang terpilih dan langsung diberangkatkan ke Jepang,” ujar Zakia.

Sementara itu, Guru SMAN 1 Long Apiri, Kalimantan Timur, Rukdianti Aslinda Asnur berbagi pengalaman uniknya mengenai sistem pendidikan di Jepang.

“ Kami kaget, disana pendidikan wajib hanya sampai SMP. Dan kedatangan kami disambut langsung dengan marching band sampai masuk ke dalam. Uniknya lagi, setelah proses penyambutan marching band selesai, kami tidak menemukan anak berkeliaran di luar ruangan, tetapi lagi belajar. Artinya, di sana memang menerapkan disiplin kuat dan mengatur waktu dengan baik,” ungkap Rukdianti.

Di akhir sesi Halo Slawi FM, Siti Zakia berpesan kepada guru dan tenaga pendidik yang ingin mendapatkan kesempatan serupa harus mengingat bahwa tidak ada usaha yang sia-sia setelah dijalani.

” Lakukan saja seoptimal mungkin dengan ikhlas dan yakin, dengan begitu sesuatu istimewa akan mendatangi setelahnya,” tandasnya. (CF)

Penulis :  Chairul Falah | Editor dan Publish : Chairul Falah

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *