Slawi FM – Kabupaten Tegal kembali menjadi salah satu daerah yang mendapatkan pendampingan Program Pencegahan Penurunan Stunting 2.0 dari Tanoto Foundation mulai tahun 2025. Pendampingan ini merupakan kelanjutan komitmen lembaga filantropi tersebut dalam mendukung pemerintah menurunkan angka stunting di Indonesia.
Tanoto Foundation merupakan lembaga filantropi yang didirikan oleh Sukanto Tanoto, pengusaha nasional di bidang pulp dan kertas, minyak sawit, serta energi. Melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikelola secara profesional, Tanoto Foundation berfokus pada pengembangan di bidang pendidikan, kesehatan, pengurangan stunting, pengembangan anak usia dini, serta seni dan budaya.
Kegiatan Kick Off Pendampingan Stunting 2.0 dilaksanakan secara daring pada Jumat (7/11/2025) mulai pukul 14.00 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh sembilan kabupaten/kota di Indonesia, yaitu Kabupaten Brebes, Tegal, Banyumas (Jawa Tengah), Batanghari (Jambi), Pasaman Barat (Sumatera Barat), Pakpak Bharat (Sumatera Utara), Kutai Kartanegara (Kalimantan Timur), Lombok Barat, dan Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat).
Acara dibuka oleh Head of Early Childhood Education and Development Tanoto Foundation Margaretha Ari Widowati. Turut hadir pula narasumber dari berbagai kementerian, di antaranya TB Chaerul Dwi Sapta (Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintah Daerah III, Kemendagri), Mahyuzar (Direktur Bina Institusi Masyarakat Perdesaan/Perkotaan, BKKBN), serta Rian Anggraini dari Tim Kerja Percepatan Penurunan Stunting Kementerian Kesehatan RI.
Dari Kabupaten Tegal, kegiatan tersebut diikuti oleh unsur Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB), Dinas Komunikasi dan Informatika, Inspektorat, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, serta para Camat, Kepala Desa, Ketua TP3S desa lokus intervensi, dan mitra Tanoto Foundation, yaitu Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) dan Yayasan Cipta.
Dalam diskusi dan paparan, para narasumber menekankan pentingnya edukasi kepada ibu hamil dan orang tua balita mengenai MPASI dan pola makan bergizi, optimalisasi peran kader desa seperti kader posyandu dan Tim Pendamping Keluarga (TPK), serta penguatan kapasitas pelaku kecamatan dalam melaksanakan aksi konvergensi pencegahan stunting.
Sementara itu, Head of Early Childhood Education and Development Tanoto Foundation, Michael Susanto menegaskan bahwa pendampingan program pencegahan stunting telah dilakukan Tanoto Foundation sejak tahun 2018 di berbagai daerah di Indonesia.
Pada tahun 2025, pendampingan Stunting 2.0 dilakukan di sembilan kabupaten/kota melalui kolaborasi dengan dua lembaga mitra, yaitu Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) di empat kabupaten dan Yayasan Cipta di lima kabupaten/kota. Secara keseluruhan, terdapat 27 desa lokus intervensi yang akan mendapatkan pendampingan langsung.
Setiap daerah akan didampingi oleh satu District Officer (DO) yang bertugas memfasilitasi kegiatan di lapangan. Michael mendorong agar DO berkolaborasi aktif dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Camat, dan Kepala Desa untuk merancang kegiatan pendampingan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter masyarakat.
“Silakan para District Officer dibuat sibuk berdiskusi dengan pemerintah daerah, camat, dan kepala desa agar kegiatan pendampingan dapat tepat sasaran. Harapannya, akan terjadi perubahan perilaku masyarakat, terwujud satu data untuk pengambilan kebijakan, dan percepatan penurunan stunting di desa lokus intervensi,” jelas Michael (CF/JI)
Penulis : Jazuli | Editor dan Publish : Chairul Falah








