Slawi FM – Penerimaan Diri Terhadap Kehidupan (Self-Acceptance) merupakan konsep fundamental dalam psikologi dan pengembangan pribadi yang merujuk pada sikap positif dan realistis terhadap diri sendiri dan seluruh kenyataan hidup baik kekurangan maupun kelebihan.
Demikian yang dikatakan oleh Psikolog Laelatuz Zahro dalam Program Halo Psikolog yang dipandu Rida pada Senin (03/11/2025) pagi.
Menurut Ela, penerimaan diri terhadap kehidupan ini penting dalam mencapai kehidupan yang bahagia, sehat, dan bermakna. Maka kebahagiaan sejati adalah hasil dari kedamaian batin datang dari penerimaan diri dan kemajuan yang berkelanjutan datang dari ketahanan.
“ Dalam menjalani hidup agar bahagia yaitu kita harus semangat The Show Must Go On yaitu penerimaan diri bisa dirangkum sebagai filosofi ketahanan yang didasari oleh kedamaian batin kita. Intinya kita bisa menerima kenyataan hidup dengan penuh ketabahan dan kesabaran supaya batin kita merasa nyaman dan bahagia,” jelas Ela.
Penerimaan diri terhadap kehidupan bukan berarti melupakan masa lalu, tetapi melepaskan beban emosional yang melekat padanya. Ini memungkinkan seseorang menerima seluruh dirinya termasuk sejarah masa lalu dan mengalihkan fokus ke masa kini atau sekarang.
“ Jadi kita jangan terpuruk dengan masa lalu yang mungkin kelam atau buruk, tetapi kita harus memandang masa sekarang yang sedang dijalankan. Maka kita harus menerima kekurangan dan kelebihan, kalau ada kekurangan kita perbaiki dan kelebihan kita dimanfaatkan sebaik – baiknya untuk kebermanfaat baik diri sendiri maupun orang lain,” ungkap Ela.
Ela menjelaskan perbedaan antara sulit dan menyerah, sulit adalah kondisi atau tantangan yang membutuhkan usaha lebih, sedangkan menyerah merupakan tindakan menghentikan usaha akibat tantangan tersebut.
“ Orang yang sulit biasanya akan mencari solusi dan bangkit, sedangkan orang yang menyerah akan menganggap masalah sebagai akhir dan berhenti berjuang,” tutur Ela.
Ela juga menegaskan bahwa kebahagian itu bukan berdasarkan pujian seseorang, melainkan dari faktor internal diri sendiri. Faktor internal mengacu pada apa yang berada dalam kendali diri sendiri yang bersifat stabil, abadi, dan dapat diandalkan, tidak seperti faktor eksternal yang bersifat sementara dan tidak menentu.
“ Bahagia ini muncul dari diri sendiri dan percaya pada kemampuan diri, jangan ekspetasi kepada pujian orang lain. Untuk itu ekspetasinya harus diminimalkan, tetapi usahanya dimaksimalkan serta menjalani hidup dengan rasional bukan irasional. Kita harus berpikir positif dalam menjalankan kehidupan, kalau kita ingin melangkah harus mempertimbangkan secara matang dampak baik dan buruknya,” tandasnya. (CF)
Penulis : Chairul Falah | Editor dan Publish : Chairul Falah








