Slawi FM – Bencana alam terjadi oleh faktor alami dan aktivitas manusia. Faktor alami meliputi gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, dan cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan. Sedangkan faktor manusia seperti deforestasi, pembangunan di daerah rawan bencana, dan pembuangan limbah yang tidak bertanggung jawab juga dapat memicu atau memperburuk dampak bencana.
Demikian yang dikatakan oleh Anggota Komisi B DPRD Provinsi Jawa Tengah Musyaffa dalam Talkshow DPRD yang dipandu oleh Aldo bertempat di Studio Radio Slawi FM, pada Sabtu, (21/06/2025) pagi.
Menurut Musyaffa, banyak bencana alam yang terjadi saat ini dipicu oleh perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab dan eksploitasi alam yang berlebihan. Keserakahan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam, seperti penebangan hutan secara liar, penambangan yang tidak terkontrol, dan pembuangan limbah sembarangan, telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah dan memicu terjadinya bencana alam seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan.
“ Tanpa kita sadari aktivitas penambangan galian C bisa menjadi pemicu bencana alam dengan dalih ekonomi. Maka kita bersama untuk saling mengingatkan dan mengedukasi agar mencintai alam, tidak menebang pohon secara liar, tidak mudah mengalih fungsikan lahan atas nama apapun tanpa pendampingan dan pengetahuan yang lebih. Kami berharap Pemerintah desa, kecamatan, dan daerah memiliki peran penting dalam mengedukasi masyarakat mengenai cara menjaga alam,” tutur Musyaffa.
Anggota Komisi D H.M. Iskhak menjelaskan bahwa masyarakat perlu tahu pentingnya tanaman keras, karena memiliki peran penting dalam mitigasi bencana alam dengan kemampuannya untuk mencegah erosi, longsor, dan banjir. Akar tanaman keras dapat mengikat tanah, mencegahnya terkikis oleh air hujan, dan membantu menyerap kelebihan air, mengurangi risiko banjir dan tanah longsor.
“ Sekarang masyarakat didaerah pegunungan menanam sayur kol, buncis dan sayuran lainnya. Seharusnya mereka menanam juga tanaman keras yang berfungsi mencegah tanah longsor. Dengan menanam tanaman keras, kita dapat mengurangi risiko bencana alam dan menciptakan lingkungan yang lebih aman dan berkelanjutan,” jelas Iskhak.
Sementara itu Anggota Komisi A Abdul Aziz menambahkan bahwa media memiliki peran krusial dalam tanggap bencana, mulai dari menyebarkan informasi peringatan dini, memberikan edukasi kesiapsiagaan, hingga melaporkan langsung saat terjadi bencana dan menggalang bantuan.
“ Meski media memiliki peran penting, tapi harus berdampak positif dengan memberikan informasi fakta, tidak menyesatkan. Ketika terjadi bencana alam semua pihak harus bekerja sama jangan saling menyalahkan. Karena dibalik bencana pasti ada berkahnya untuk kita, maka kunci utama menjaga alam yaitu Hablum minallah, hablumminannas, dan hablum minal alam,” pungkasnya. (CF)
Penulis : Chairul Falah | Editor dan Publish : Chairul Falah